Thursday, October 26, 2017

SATU HARI PENUH BUKAN BERARTI PINTAR


            Penerapan full day school atau sering kita sebut FDS di Indonesia berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2017 tentang hari sekolah menuai banyak kontroversi di kalangan masyarakat terutama masyarakat desa. Tak jarang wali murid yang menunjukkan aksi tidak setuju dengan kebijakan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Muhadjir Efendi menyangkut FDS. FDS adalah proses belajar mengajar yang dilakukan selama 8 jam sehari dan 5 hari kerja dalam satu minggu.
            Di suatu pedesaan di Indonesia, ketika SD di desa tersebut menerapkan full day school  banyak wali yang tidak setuju dengan kebijakan tersebut, karena FDS akan mengurangi waktu istirahat anak-anak mereka. Belum lagi anak-anak yang memiliki kewajiban untuk mengaji di sore hari atau yang sering di sebut madrasah sore, mereka akan kehilangan waktunya. Meskipun di SD tersebut menerapkan kebijakan apabila ada peserta didik yang memiliki kewajiban untuk madrasah sore tetap dipersilakan untuk mengikutinya, tetapi tenaga mereka akan terkuras lebih banyak karena pada saat FDS belum diberlakukan mereka memiliki waktu untuk istirahat sejenak sebelum berangkat madrasah sore. Akan tetapi, setelah FDS diberlakukan mereka tidak lagi memiliki waktu istirahat dan berangkat madrasah dalam keadaan lelah. Saat mereka lelah, mereka tidak akan mampu menangkap secara maksimal ilmu yang guru berikan. Sama halnya dengan siswa yang awalnya tidak memiliki kegiatan di sore hari mereka akan merasa jenuh berada di sekolah selama 8 jam. Mereka kehilangan waktu istirahat dan bermain.
            Diterapkannya FDS yang mengharuskan siswa berada di sekolah selama 8 jam hal tersebut akan mengurangi interaksi sosial mereka di lingkungan masyarakat. Bisa dikatakan peserta didik berada di sekolah pukul 07.00 – 15.00. Setelah itu, mereka masih harus mengerjakan tugas, berorganisasi, dan kegiatan lainnya. Malam hari, mereka akan merasa lelah dan tidur lebih awal. Mereka tidak memiliki waktu untuk berkumpul dan berinteraksi dengan masyarakat sekitar padahal berinteraksi dengan masyarakat sekitar mampu menambah kecerdasan sosial peserta didik karena sejatinya manusia adalah makhluk sosial.

            Full day school bukanlah kebijakan terbaik yang mampu meningkatkan kecerdasan peserta didik karena FDS menguras energi peserta didik. Sebagai makhluk sosial, mereka tidak memiliki waktu untuk berinteraksi dengan masyarakat. Mereka hanya berinteraksi di lingkungan sekolah dan tentu hanya dengan orang-orang yang sama.  

0 comments:

Post a Comment